Selasa, 27 November 2018

Merayu Diksi




Menulis adalah suatu kebutuhan untuk seseorang yang mempunyai mimpi menjadi penulis. Setelah sekian lama aku alfa menulis karena satu dan lain hal, aku mencoba untuk merangkai kata kembali. Tapi kata yang bersarang dalam otakku membeku seperti enggan untuk merangkai cerita karena kisah yang pernah gagal terukir dan trauma hebat masih terekam jelas pada otakku. Berkali-kali aku merayu kata untuk mengajak serta diksi lainnya menari membentuk suatu kisah dan merangkai sebuah cerita, tapi semua sia-sia. Setiap rangkaian peristiwa yang terpikir hanya sekejap singgah kemudian menghilang tanpa jejak. Berkali-kali aku memaksa diksi, menarik setiap kisah yang memungkinkan terukir darinya. Tetap saja sia-sia dan semua ini membuatku gila. Karena hanya dengan menulis aku bisa merasakan hidup. Dengan menulis aku merasa bahwa hidupku mempunyai tujuan. Terkadang aku melakukan sebuah perjalanan untuk memancing kata-kata dan serangkaian kejadian terbayang oleh otakku. Tapi ketakutanku untuk tak bisa menulis lagi, membuatku sesak dan tak bisa berpikir.

Hingga suatu hari, aku menemukan satu rekan kerjaku menyukai hal yang sama denganku. Dunia tulis-menulis. Dia tampak antusias menceritakan kecintaannya pada dunia yang hampir mewarnai seluruh hidupnya. Sejak kecil ia sangat suka dengan menulis, tapi terkadang dia kurang percaya diri untuk menunjukkan hasil karyanya ke orang lain. Walaupun begitu, semangatnya tak pernah surut dan ia berkata, ingin menjadi seorang penulis profesional. Semangat itu, senyum itu, dan wajahnya yang berbinar membuatku terpikirkan satu ide yang mungkin bisa membuatku menulis lagi dan tentunya menguntungkan juga buat dia.

"Bagaimana kalau kita membuat suatu project nulis. satu hari minimal satu paragraf dalam waktu satu bulan. Entah itu puisi, cerpen, atau apapun." Usulku sembari menunggu tanggapannya dengan berdebar. Khawatir bila ideku ini dianggapnya ide yang merepotkan dan kekanakan.

"Wah, bagus juga itu." Wajahnya terlihat berbinar dan antusias, sedang aku bernapas lega.

Semenjak hari itu, kami bertekad untuk mensukseskan project ini. Setiap hari mulai dari 25 Oktober 2018, aku mengirimi satu kata dan kami akan membuat suatu karya dari kata itu. kami memberi nama project itu, "One Step Towards Dream".