Minggu, 12 Juli 2015

Tempat untuk Kembali




Bukankah kata rumah diperuntukkan bagi tempat yang menyimpan kenyamanan di dalamnya, menyuguhkan kehangatan di setiap sudutnya, juga menjadi tempat untuk kembali? Apabila tinggal di suatu tempat, namun keberadaan kita tak pernah dihargai, tak dianggap, apakah pantas tempat itu disebut rumah? Apakah rumah berarti selalu memberikan kesedihan, rasa tertekan dan menyibakkan kata putus asa pada kehidupan? Bukankah itu lebih layak disebut dengan neraka? Setidaknya itulah yang dikatakan oleh orang-orang yang pernah mampir dalam kehidupanku. Aku sendiri tak mengerti dengan jelas, apa itu rumah? Bagaimana rasa nyaman yang ada didalamnya? Dan apakah kehangatan itu nyata? Dan tempat kembali? Ah, aku rasa aku telah kehilangan tempat asalku. Rumahku bukanlah rumah. Tanpa kehangatan, tanpa kenyamanan, hanya ada kesengsaraan, keputusasaan, dan kesedihan yang tak kunjung hilang.