Kamis, 04 Februari 2016

Annabel Lee-Ku




Gaun putih yang kau kenakan terlihat begitu indah. Kau nampak begitu cantik dengan riasan sederhana yang kau poles pada wajahmu. Aku tersenyum geli melihat polahmu yang mengagumi kecantikan dirimu sendiri dalam pantulan cermin. Aku berjalan menghampirimu. Kau berhenti melakukan aktifitas konyolmu begitu menyadari keberadaanku. “Apa yang kau lakukan?” Tanyaku sambil menyungging senyum untuknya.

“Bagaimana penampilanku? Apa ada yang aneh? Ck, aku tak terbiasa dengan make-up seperti ini? Bagaimana kalau nanti aku ditertawakan? Gaun ini juga terlalu panjang. Kalau aku terjatuh bagaimana?”

Aku tertawa mendengar celoteh yang terlahir dari kegugupanmu. “Kau akan terjatuh dengan tingkahmu yang seperti itu. Cobalah untuk tenang.”

Kau melotot lucu kearahku membuat tawaku semakin menjadi.

Kupandangi wajahmu yang semakin membuatku gemas dengan kegelisahan yang kau pancarkan. Kuusap rambutmu lembut. “Kau tak perlu khawatir, Elena. Semuanya akan berjalan dengan sempurna. Kau tahu, kau adalah pengantin tercantik yang pernah aku temui.”

“Benarkah?” Kau tersenyum riang. Senyum yang sangat aku sukai. Senyum yang selama tiga tahun ini membuat hatiku selalu mencipta debar. Merangkai rasa yang semakin kuat bersarang hingga kini. Ya, rasaku masih sama seperti saat pertama aku menyadari keberadaanmu di dunia ini.

Kau mungkin tak sadar bahwa aku mengenalmu jauh sebelum kau mengenalku. Tapi kau mungkin tak melupakan kali pertama kita bercakap. Di tengah ramainya café yang menjadi tempatku menikmati detik yang begitu berharga juga tempatmu mengadu nasib mengumpulkan recehan yang tercipta dari setiap tetes keringatmu.