Minggu, 30 Agustus 2015

Lelaki yang Menyerupaimu




 

Lelaki itu berdiri sambil melemparkan pandangnya keluar jendela kereta yang tengah melaju. Menikmati pemandangan malam kota Jakarta yang tak pernah mati. Sedang aku tengah duduk berseberangan dengan tempatnya berdiri sembari menatap nanar wajahnya. Wajah itu, mengapa mengingatkanku pada seseorang? Seseorang yang selalu ingin kutemui. Tentu saja, orang itu adalah kau, Jingga. Hanya saja ia lebih tinggi dan badannya sedikit lebih ramping darimu.
Kualihkan pandanganku begitu orang yang ku tatap sedari tadi mengganti pandangannya ke dalam kereta. Sepertinya ia tak menyadari bahwa aku sempat menatapnya. Entahlah, apakah wajahnya memang benar-benar mirip denganmu, ataukah rinduku yang begitu kuat hingga fikiranku memantulkan wajah yang mirip denganmu?

Sabtu, 29 Agustus 2015

Tentang Gadis yang Merindu

Dengarkanlah jingga. Simak apa yang akan kuucap, tentang gadis yang menahan rindu dalam pekat malam.


 Gadis itu duduk termenung sembari menatap purnama dengan harapan bahwa ia akan menemukan wajah seorang yang dirindunya dalam pantulan cahayanya. Namun bayang-bayang bening menghalangi pandangnya. Ia menengadahkan wajahnya, mencoba untuk mencegah gerimis pada malamnya. Berpaling pada kenyataan bahwa tak ada sesosokpun yang terlintas dalam pantulnya.

Senin, 03 Agustus 2015

Benih yang Kau Tanam





Terkadang mimpi dapat menjadi sebuah pertanda yang terjadi dalam kehidupan nyata. Seperti saat kau kembali memeluk rasaku yang tengah rapuh. Semua itu terlukis dalam bunga tidurku. Debarnya pun terasa begitu nyata. Saat kau berdiri di belakangku dan membisikkan sesuatu tepat di telingaku. Aku tak mampu berkata, yang dapat kurasa hanya debar jantungku yang kian tak beraturan. Saat mataku terbuka pun, debar itu masih melekat dalam tubuhku. Rasanya seperti nyata bahwa kau benar-benar ada denganku. Namun, mimpi itu memang menggambarkan kenyataan yang tengah kujalani. Kau kembali menghiasi hariku. Mendatangkan kembali rasa yang telah lama kucoba tuk musnahkan. Harapan pun tersirat tanpa bisa kucegah, bersama waktu yang kian mengalir. Kali ini aku percaya pada harapan itu, aku tak akan terluka untuk kedua kalinya. Aku begitu yakin dengan harapanku.